Bersyukur di Mulut, Tidak di Hati

Satu kejadian membuatkan aku termenung jauh.

Apakah perasaan itu?

Terkilan? Takjub? Kecewa? Keliru?

Semuanya bercampur baur.

Aku termenung memikirkan satu sikap manusia yang selama ini aku rasa aku boleh berlapang dada, namun tidak lagi.

Sikap tidak bersyukur.

Mengeluh.

Berprasangka buruk.

Menuduh tanpa usul periksa.

Apakah ini realiti manusia?
Apa aku selama ini berada di dalam kepompong idealis?
Apa selama ini aku berada di oasis?
Sehingga semuanya tampak hodoh dan buruk di mataku apabila dunia tidak seperti yang ku duga?

Ahh.

Aku harus terus bergantung harap kepada Allah.
Aku harus terus meletakkan Allah yang tertinggi dalam hatiku.
Aku harus kekal berlapang dada, percaya dengan realiti dunia yang tidak dapat ku ubah sendirian.
Aku harus kekal optimis, dan merasa diri ini rendah di sisiNya.

Aku harus.

Comments